“ PEMBUATAN TEMPE BERBAHAN DASAR KACANG
HIJAU ”
Tempe
adalah salah satu hasil pangan dari Indonesia, dimana dalam proses pembuatannya
dengan cara fermentasi dari kacang kedelai atau kacang-kacang yang lainnya yang
dapat difermentasikan dengan Rhizopus oligosporus. Dalam praktik kali
ini praktikan mencoba membuat tempe dari kacang hijau.
Kacang Hijau
Kacang hijau
adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija
yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia
menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai
dan kacang tanah.
Bagian
paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan
sebagai bubur atau dimakan langsung. Biji matang yang
digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde,
bakpau,
atau gandas turi. Kecambah
kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur
dan Asia Tenggara
dan dikenal sebagai tauge.
Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam
bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur. Tepung biji
kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue, digunakan
dalam pembuatan kue-kue
dan cenderung membentuk gel.
Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun.
Manfaat Kacang Hijau
Kacang
hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan merupakan sumber mineral
penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan kandungan lemaknya merupakan asam
lemak tak jenuh. Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat
untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat
baik bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang
rendah dalam kacang hijau menyebabkan bahan makanan atau minuman yang terbuat
dari kacang hijau tidak mudah berbau. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam
lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang
mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting untuk
menjaga kesehatan jantung. Kacang hijau mengandung vitamin B1 yang berguna
untuk pertumbuhan.
Pengertian Tempe
Tempe
adalah makanan
yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain
yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae,
Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan
fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis
senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh
manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium,
vitamin B
dan zat besi.
Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika
untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena
pertumbuhan miselia
kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi
komponen-komponen kedelai
pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak
masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia,
tetapi sekarang telah mendunia.
Kaum vegetarian
di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging.
Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia.
Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika
Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain)
unggul Rhizopus untuk
menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan
gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam
keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe
unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi
undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Tahapan
proses pembuatan tempe
1.Cara sederhana
Cara sederhana adalah cara pembuatan tempe yang
biasa dilakukan oleh para pengrajin tempe di Indonesia.
- Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.
Gambar 1 :
proses perebusan
- Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.
- Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-negara subtropis[4], asam perlu ditambahkan pada air rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun.
Gambar
2 : proses perendaman
- Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi.
Gambar.3 :
Proses pencucian akhir
- Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar; digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia). Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan.
Gambar
4 : Proses perataan dan pemisahan air rendaman pada kedelai
- Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.
Gambar
5 : Pembungkusan tempe
- Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.
Jamur yang berperan dalam pembuatan tempe
1. Rhizopus oryzae
Jamur
Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan
tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena
tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan
Pamudyanti, 2004). Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai
lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino (Septiani, 2004). Selain itu
jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease (Margiono, 1992).
Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik pada
kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe
semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi
kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air
untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan
dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Rhizopus
Oryzae meningkatkan
gizi pangan
Pada tempe terdapat jamur Rhizopus
oryzae yang mengalami fermentasi. Fermentasi adalah proses produksi energi
dalam sel
dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi
sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan
Reaksi Kimia:
C6H12O6
→ 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang
dilepaskan:118 kJ per mol)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya
bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur
glikolisis,
yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada
sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk
akhir yang dihasilkan.
2.Rhizopus Oligosporus
Rhizopus
oligosporus termasuk dalam
jenis fungi berfilamen sehingga disebut juga kapang ( mold ) Rhizopus
oligosporus. Kapang ini digunakan dalam pembuatan tempe melalui fermentasi dengan bahan dasar
kedelai. Rhizopus oligosporus membentuk hifa penetrasi rata-rata 1400 µm2
( ± 300 µm2 ) di luar permukaan kotiledon dan 1010 µm2 (
± 340 µm2 ) pada bagian dalam ( flat ). Hifa terinfiltrasi pada
kedalaman 742 µm / sekitar 25% rata-rata lebar kotiledon kedelai.
Kemudian proses fermentasi terjadi secara aerob
melalui lubang berpori pada pembungkus. Proses fermentasi mengakibatkan semakin
meningkatnya nilai protein dan gizi dibandingkan dengan bahan dasarnya yaitu
kedelai. Pada proses fermentasi, protein dalam kedelai dapat terurai menjadi
asam-asam amino yang mudah dicerna oleh tubuh dan oleh enzim fitase yang
berfungsi memecah fitat yang merugikan yaitu mengikat beberapa mineral sehingga
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh, serta adanya pengaruh dari
enzim β-glukosidase yang menghidrolisis glukosida isoflavon
sehingga kandungan daidzein-genistein dalam tempe meningkat yang berfungsi
sebagai antioksidan terhadap kanker.
Hal-hal
yang Berpengaruh Terhadap Pembuatan Tempe
Penggunaan
bahan baku dan campuran sangat menentukan kadar protein, lemak, karbohidrat,
dan serat yang terkandung pada tempe. Semakin
banyak bahan campuran yang ditambahkan semakin rendah kadar proteinnya
1.Cara
pemasakan ( perebusan / pengukusan ) mempengaruhi kehilangan protein selama
proses pembuatannya. Semakin lama pengukusan semakin banyak protein yang
hilang. Antara pengukusan dan perebusan tidak jauh berbeda dalam kehilangan
proteinnya. Dengan cara pengukusan akan
lebih cepat kering dibandingkan dengan perebusan.
2.Inokulum
yang digunakan sangat mempengaruhi rasa. Hal ini karena pengaruh strain kapang
dalam inokulum yang berbeda-beda satu sama lain.
3.Kenampakan
tempe putih / agak kuning dipengaruhi oleh jenis kedelai, bahan campuran,
inokulum, dan juga selama proses pembuatannya juga meliputi cara perendaman,
pengupasan kulit, pemasakan, inokulasi, pengukusan, serta inkubasi.
Selain
hal-hal di atas, waktu melakukan praktikum perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a.
Proses pencucian dan perendaman amat diperlukan untuk
menghilangkan inhibitor dari kedelai serta untuk mempermudah pengelupasan
kulit.
b.
Kedelainya harus dipilih yang baik ( tidak busuk dan
tidak kotor ).
c. Air yang digunakan harus bersih, tidak berbau,
dan tidak mengandung kuman penyakit.
d. Bibit tempe
yang digunakan harus masih aktif (bila diremas tidak menggumpal ).
e. Cara pengerjaannya harus bersih.
f.
Proses pengelupasan
dimaksudkan untuk mempercepat proses fermentasi agar berjalan dengan baik
karena adanya kulit kedelai yang dapat menghambat proses penetrasi miselium
Rhizopus.
g.
Proses pengelupasan dapat menggunakan alat pengelupas
maupun cara tradisional yaitu dinjak-injak menggunakan kaki tetapi harus bersih.
h. Proses pengeringan dimaksudkan untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam kedelai. Bila masih ada cukup
banyak air akan mengakibatkan berkembangbiaknya bakteri Bacillus subtitis
yang menghambat pertumbuhan kapang sehingga menghasilkan tempe yang kurang baik.
i.
Proses pengeringan dapat dilakukan pada ruang terbuka
kemudian diinokulasi jika suhu telah dibawah 40oC.
j.
Proses fermentasi dilakukan pada suhu ± 35oC /
lebih rendah dengan media pembungkus. Fermentasi akan berjalan baik pada
kisaran suhu hangat ruangan karena proses insersi lag phase membutuhkan suhu
yang cukup. Jika suhu dibawah 25oC
dapat mempercepat Aspergillus flavus dan Mycotoxin yang beracun.
k.
Pemilihan media pembungkus sangat penting biasanya
menggunakan daun pisang, daun jati, daun waru, plastik.
l.
Pelubangan media pembungkus dilakukan secara teratur
untuk mendorong pertumbuhan jamur tempe dengan baik secara aerasi untuk
mendapatkan cukup udara.
m.
Pemilihan suhu inkubasi sangat menentukan kecepatan
fermentasi. Tempe yang dihasilkan kurang baik jika temperaturnya dibawah 25oC
/ diatas 40oC. Pada suhu 37-38oC akan dihasilkan tempe
dalam waktu 48 jam.
n.
Diantara 16-20 jam proses fermentasi akan dihasilkan
miselium pada tempe tapi belum terlalu banyak, kemudian setelah fermentasi
12-16 jam, fermentasi akan menghasilkan panas.
o.
Bila tempe yang dihasilkan tidak beraroma dan berasa
manis mengindikasikan adanya kontaminasi bakteri. Sedangkan bila dihasilkan
aroma berarti proses fermentasi terlalu lama. Apabila di sekitar lubang aerasi
terdapat warna hitam, menandakan terjadinya sporulasi jamur / fungus.
p.
Warna kuning khas tempe merupakan hasil biosintesis β-carotene dan Rhizopus oligosporus yang menandakan
proses fermentasi berjalan cukup baik.
Setelah melakukan praktikum,
untuk meninjau hasil ada beberapa criteria untuk mengindikasikan bahwa tempe
yang dibuat mempunyai kualitas yang baik. Kriteria
tersebut antara lain :
-
Tekstur : lembut
dan antar kedelai terikat erat menjadi satu
dalam miselium putih
-
Aroma : tidak menghasilkan ammonia berlebihan,
aroma khas
tempe
-
Warna : kuning yang merupakan biosintesis
β-carotene
-
Rasa : tidak
menghasilkan rasa manis berlebihan, khas
Tempe
Fungsi Reagen
a. Kacang
kedelai : sebagai medium fermentasi
sekaligus sebagai
bahan
dasar tempe
b. Ragi : mengandung spora Rhizopus oligosporus
sebagai
inokulum
dalam proses fermentasi
c. Air : mencuci, merendam, dan
mengukus kedelai
d.Plastik dan daun jati : sebagai pembungkus
Manfaat Tempe
-
Membantu proses pembentukan tulang dan mencegah
osteoporosis. Dimana tempe mengandung zat isoflavon, khususnya
daidzein-geinstein serta isoflavon tipe.
-
Membantu pembentukan sel-sel darah dan mencegah anemia
dengan terdapatnya vitamin B12 dan zat besi.
-
Menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga mencegah
penyakit jantung dengan terdapatnya fitosterol asam lemak PUFA, Niasr Calsium
serta terdapat senyawa penghambat aktivitas HMG CoA reduktase yang membentuk
kolesterol.
-
Mencegah penyakit diare dan disentri karena kandungan
seratnya tinggi sehingga baik untuk pencernaan dan juga mengandung senyawa yang
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Eschericia coli
-
Mencegah kanker serta penyakit degeneratif karena
mengandung vitamin E, karotenoid, superoksida, deismutase, isoflavoid yang
menstabilkan radikal bebas dalam tubuh.
Adapun kadar senyawa kimia yang terkandung
dalam tempe adalah sebagai berikut :
1. Asam Lemak
Kandungan
lemak pada tempe secara umum sebanyak 18-32%. Selama proses fermentasi tempe,
terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak.
Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids,
PUFA) meningkat jumlahnya. Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan
terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek
negatif sterol di dalam tubuh.
2.
Vitamin
Dua
kelompok vitamin
terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan
larut lemak (vitamin A,
D, E,
dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang
sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin
B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin
B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
3. Mineral
Tempe
mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga,
dan zink
berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.Kapang tempe
dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat
beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat,
mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
4. Anti Oksidan
Di
dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan
dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E,
dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan
tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan
genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat
antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat
antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai.
Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai
menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
5. Protein
Kandungan protein pada tempe
sebanyak 35-45%
6. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat pada tempe
sebesar 12-30%
7. Air Kandungan air pada
tempe sebesar 7 %